Selasa, 10 Juli 2018

SUKU/SOA HAUBAGA ASLI HUKUNALO : SEJARAH MATARUMAH HATULESILA DI NEGERI RUMAHTIGA/...

RUMAHTIGA HAUBAGA TUNI HUKUNALO: SEJARAH MATARUMAH HATULESILA DI NEGERI RUMAHTIGA/...: SEJARAH MATARUMAH HATULESILA DI NEGERI HUKUNALO/RUMAHTIGA ( AMAN LUMA TELU ) PULAU AMBON - MALUKU   Pada awal leluhur Hatulesila...

SEJARAH MATARUMAH HATULESILA DI NEGERI RUMAHTIGA/HUKUNALO (AMAN LUMA TELU) PULAU AMBON - MALUKU


SEJARAH MATARUMAH HATULESILA
DI HUKUNALO/ RUMAHTIGA (AMAN LUMA TELU)
PULAU AMBON - MALUKU 

Pada awal leluhur Hatulesila di kenal dengan sebutan  Alifuru (alif = pertama dan uru = manusia) yang artinya manusia awal/manusia pertama yang mendiami Nusa Huul (pulau awal ada/muncul), leluhur kami Hatulesila atau dikenal dengan kapitan Hatulesi/Haturesi dijuluki Kapitan batu atau kapitan batu tungku tiga lesihatuila atau Kapitan Pulau yang menjaga pulau-pulau dan tanah adat dengan sumpahnya “ Sei Hale Hatu, Hatu Hale Ile”, adalah penduduk asli Nusa Hatu/Nusa Ama artinya Pulau Batu/pulau Bapa (nama asli pulau Ambon) adalah Pattimura/Pattimula (artinya; raja awal/Raja Pertama) dari negeri raja-raja  di Maluku dan mendiami pulau Ambon sejak dahulu kala.  Hatulesila adalah soa Haubaga (suku Haubaga), Haubaga adalah nama dari leluhur awal yang memimpin Kerajaan Haubaga disebut dengan nama Upu Haubaga,  masa itu leluhur kami sudah meyakini adanya Allah/Tuhan yang bertahta di langit (Upu Lainite) adalah satu keyakinan para leluhur adat disebut Kakehang, hidup dan berkembang tanpa ada suku lain, dan berdiam di daerah pegunungan Karang Pari atau batu lingkar pulau merupakan Pusat Pulau Ambon namanya Hukunalo/Hukunala yang artinya tempat yang terpisah dan berada dipegunungan ( Leihatu dan Leisila, sekarang dikenal dengan nama Jazira Leihitu dan Leitimor ). 
Hatulesila mengambil seorang isteri bernama Anggolalain (penduduk Rumahtiga menyebutnya Anggola) adalah saudara kandung dari leluhur Angkottameten dan Semang yaitu leluhur dari negeri Wakal dan Hitumeseng. Mereka menempati perbukitan Hatu Parinusa (batu lingkar pulau/pagar keliling) yang adalah daerah pusat pulau Ambon, ikatan perkawinan ini bagaikan benang merah dimana Angkottameten (Tomu Toto Hatu) dan Semang (Uweng) sampai saat ini memiliki hubungan keluarga sekandung yang erat sebagai hubungan adat Pela Gandong dengan Keluarga Hatulesila.  Leluhur Hatulesila dikenal sebagai seorang yang gagah berani, perkasa, dan selalu mengawasi serta mengamankan seluruh wilayah kekuasaannya disebut maha titah (perintah besar) karena kedudukan wilayah pemerintahannya terbesar dan tidak terbatas hanya di pulau Ambon dan disebut LATU KAU (Raja Merah), yaitu raja adat, yaitu “raja awal”, yaitu “patih mula” (Pattimura). Pemerintahannya secara turun temurun selama berabat-abat sampai pada pemerintahan Latu Kau Willem Hatulesila.   
Wilayah yang pernah ditempati antara lain Hatu Pari Nusa (batu pagar pulau) Hatu Poko (Batu Koneng/kuning), Labuhan Haiti Tirisema (teluk dalam daerah Poka), Tanjung Malis (tanjung Martafons), kemudian menenpati Amakora (bapa menepati/tinggal) dan meliputi labuhan Tuni Waya (tempat orang asli) disitulah tempat tinggal penduduk asli pulau Ambon dimana klan Hatulesila tinggal dan menguasai wilayah tersebut secara turun temurun meliputi Rumahtiga/Hukunalo, Baguala dan Wainitu. 
Masa penjajahan Inggris di Ambon, klan Hatulesila telah mendaftar/meregistrasi dusun-dusun datty/adat negeri Rumahtiga (register datty) pada tahun 1814, kepala datty/adat adalah Willem Hatulesila, registrer datty tersimpan pada kantor Residen Amboina.